Kunci jawaban untuk soal Teori heliosentris yang menyatakan bahwa bumi bulat dan matahari adalah pusat dari tata surya dikemukakan oleh
Daftar Isi
Jawaban
Teori heliosentris yang menyatakan bahwa bumi bulat dan matahari adalah pusat dari tata surya dikemukakan oleh Nicolaus Copernicus pada abad ke-16.
Pembahasan
Pengertian Heliosentrisme
Pengertian heliosentrisme Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian heliosentrisme merujuk pada heliosentrik, yang berarti matahari sebagai pusat tata surya.
Kata heliosentrisme berasal dari Bahasa Yunani, yakni helios yang berarti matahari dan kentron yang berarti pusat.
Maka dapat disimpulkan jika heliosentrisme merupakan teori atau konsep yang mengakui jika matahari merupakan pusat jagat raya.
Mengutip dari Encyclopaedia Britannica, heliosentrisme mengasumsikan matahari sebagai pusat tata surya dan bumi serta benda langit lainnya mengitari matahari.
Teori heliosentrisme yang diungkapkan oleh Nicolaus Copernicus ini diperkuat dengan penemuan teleskop serta hasil temuan data observasi oleh Galileo Galilei.
Berdasarkan hasil observasinya, Galileo Galilei menjelaskan tentang adanya empat satelit jupiter. Sebelumnya, konsep heliosentrisme juga telah diperkuat oleh John Kepler pada abad ke-16, melalui Hukum Kepler. Secara garis besar, Hukum Kepler ini menjelaskan jika:
- Planet memiliki lintasan berbentuk elips dengan matahari sebagai pusatnya. Sehingga planet dan benda langit mengitari matahari.
- Kecepatan planet saat berputar mengelilingi matahari akan melambat jika titiknya berada sangat jauh dari matahari.
- Waktu yang dibutuhkan planet dalam mengitari matahari dipengaruhi oleh jaraknya. Jika semakin dekat maka waktunya akan lebih singkat. Jika jaraknya semakin jauh maka akan membutuhkan waktu yang lebih lama.
Sejarah Teori Heliosentris
Berdasarkan pendapat Kumara Ari Yuana dalam bukunya The Greatest Philosophers (100 Tokoh Filsuf Barat dari Abad 6 SM – Abad 21 yang Menginspirasi Dunia Bisnis) (2010), teori heliosentrisme sudah ada sejak abad ke-7 SM. Selain itu, teori ini juga tercatat dalam teks-teks India kuno yang penulisnya tidak diketahui.
Pada abad ke-3 SM, seorang astronom Yunani kuno bernama Aristarchus mencoba menyusun teori rotasi bumi dan revolusi planet Venus, Merkurius, dan bumi saat mengelilingi matahari. Teori yang dikemukakan oleh Aristarchus ini kemudian dikembangkan dan disempurnakan oleh Nicolaus Copernicus dalam karya penelitiannya yang berjudul De Revolutionibus Orbium Coelestium yang diterbitkan pada tahun 1543.
Konsep awal teori Nicolaus tidak menimbulkan perdebatan di masyarakat. Namun pada tahun 1546, banyak orang malah mengkritik teori Nicolaus Copernicus. Salah satunya adalah Giovanni Tolosani yang menulis kecaman terhadap teori heliosentrisme Nicolaus Copernicus.